Selasa, 09 April 2013

Casual Subculture?



Casual subculture. apa itu casual?. Jadi seperti ini, saya punya cerita tentang 'penglihatan' casual subculture suporter sepakbola dalam negeri. itu ada teman saya salah satu 'yang katanya hooligan MU' ngomong, "kau ngaku casual tetapi pakai  'itu', Casual itu harus pakai 'ini'" saya bantah kan "Jadi aku harus keluar duit berjuta2 pula untuk bisa casual? asal kau tahu, itu kebanyakan hooligan itu buruh kasar semua" paham tak kau? tau sendiri lah kau macam mana buruh kasar atau working class itu?".
casual subculture itu awalnya berasal dari inggris. saat itu polisi sedang gencar2nya memberantas pada hooligan yang tersebar di seantero negeri ratu elizabeth ini. para hooligan biasanya bergaya seperti anak2 skinhead itu dengan sepatu dr.martens. agar mereka tidak terdeteksi oleh polisi, mereka itu memakai pakaian dari brand2 mahal. Dari beberapa sumber yang saya baca, konon kabarnya Casual subculture itu awalnya dimulai pada akhir 1970-an setelah penggemar Liverpool FC dan Everton FC memperkenalkan seluruh Inggris pada mode Eropa yang mereka peroleh saat mengikuti tim mereka di pertandingan Eropa. Fans ini tiba kembali di Inggris dengan brand desainer olahraga mahal dari Italia dan Perancis, yang sebagian besar mereka jarah dari toko. Para suporter ini membawa kembali banyak merek pakaian unik yang tidak pernah terlihat di negara mereka sebelumnya. Kemudian penggemar lainnya kaget terhadap barang-barang pakaian langka, seperti pakaian Lacoste atau Sergio Tacchini, bahkan Adidas. Pada saat itu, polisi masih banyak mengawasi supporter skinhead yang mengenakan sepatu Dr Martens, dan tidak memperhatikan fans dengan desainer pakaian mahal.
Pada 1980-an, label pakaian  yang terkait dengan casual terdiri dari: Ellesse, Pringle, Burberry, Fila, Stone Island, Umbro, CP Company, Fiorucci, Pepe, Benetton, Ralph Lauren, Henri Lloyd, Lyle & Scott, Ben Sherman, Fred Perry, Kappa dan Slazenger. Tren fashion sering berubah, dan subkultur kasual mencapai puncaknya pada akhir 1980-an
Pada pertengahan  1990-an, subculture casual mengalami kebangkitan, tetapi penekanan gaya telah berubah sedikit. Banyak penggemar sepak bola mengadopsi tampilan casual sebagai semacam seragam, mengidentifikasi mereka sebagai berbeda dari pendukung klub biasa. Merk pakaian terkenalnya adalah Stone Island, Aquascutum, Burberry, Lacoste, Prada, Façonnable, Hugo Boss, Maharishi, Mandarina Duck dan Dupe. Pada akhir 1990-an, banyak pendukung sepak bola mulai bergerak menjauh dari merk yang dianggap seragam, karena perhatian polisi bahwa merk ini menarik. Beberapa desainer juga menarik desain tertentu setelah desain mereka termasuk kedalam casual. 
Busana casual mengalami peningkatan popularitas di tahun 2000-an, seperti yang dilakukan musik Inggris seperti The Streets dan The Brothers Mitchell dengan menggunakan pakaian olahraga casual pada video musik mereka. Budaya casual telah disorot oleh film dan program televisi seperti ID, The Firm, The Football Factory dan Green Street.
Saya pribadi ini kadang2 kalau ke kampus pakai stelan kasual. banyak teman juga bilang "kau tu tinggal di indonesia, panas. jangan sok2 gaya eropa2an kau disini!". sebenarnya benar juga sih, kita tinggal di indonesia, negara tropis, panas, apalagi saya tinggal di Padang. kalau saya pakai jaket stone island itu sama seperti direbus rasanya, apalagi pas nonton semen padang fc di stadion, bah macam kena presto saya hahahaha. tapi di indonesia biarpun panas masih ada beberapa casual crew seperti di Bandung ada Flower City Casual (FCC), di Jakarta ada Jakarta Casual (JC), dan di Malang sana ada MVMNT. kalau di Bandung kan masih mendingan ada dingin2nya cocok dipake sesuai dengan keadaan cuacanya jadi lebih kerasa ke'Casual Subculture'nya hehe.


Beberapa contoh casual style di Eropa sana.






kalo yang ini dalam negeri punya 


yah, sekian dulu dari saya. bai de wai tulisan ini di ambil dari beberapa sumber yang cukup terpercaya hahahaha :v

Best Regards, Udin!